Laman

Minggu, 09 Mei 2010

Kue Bumbu Kasih Mama

Hari Rabu selalu menjadi hari yang sangat sibuk buat Mama. Mengapa? Karena setiap hari itu, Mama harus menyelesaikan semua pekerjaan rumah sebelum sore. Kadang kala ia harus membersihkan rumah dan menyiapkan makan malam terlebih dahulu, bahkan mencuci pakaian-pakaian kotor. Padahal sejak pagi hingga siang Mama sudah bekerja keras dengan menerima jahitan di rumah.


Setelah pekerjaan rumah selesai, Mama segera mandi dan berpakaian dengan rapih, dan tak lupa memasukkan buku nyanyian di dalam tas manik-maniknya yang berwarna hitam, dan pergi ke persekutuan ibu-ibu di rumah Pak Pendeta tidak jauh dari rumah Ira. Ketika Mama pulang, hari sudah malam sehingga Ira pasti sudah terlelap.
Seperti biasanya, keesokan paginya sepotong kue sudah tersaji di piring. Mama selalu mengatakan bahwa kue itu adalah sisa acara persekutuan ibu-ibu semalam. “Sisa? Selalu sisa” gerutu Ira sambil melahap kue pemberian Mama. Tak terasa hari Rabu sudah datang lagi, dan seperti biasa Mama sudah bersiap-siap pergi ke persekutuan. Ira mengintip perlahan-lahan dia memakai sandalnya dan berjalan mengendap-endap mengikuti Mama. Diam-diam Ira bersembunyi di halaman rumah Pak Pendeta, di balik pohon mangga yang dikerumuni semut kecil.
Ketika persekutuan dimulai, Ira mendengar suara Mama yang merdu dan sangat menonjol menyanyikan lagu-lagu pujian di antara suara ibu-ibu yang lain. Sambil merunduk, Ira berjingkat menuju jendela, mendekat dan mengintip kegiatan di dalam. Punggung seorang ibu yang gemuk menghalangi pandangannya sehingga Ira harus sedikit berjinjit untuk menemukan Mama. Mama duduk di sudut ruangan. Ia tampak sangat cantik.
Setelah mendengar khotbah singkat Pak Pendeta, ibu-ibu itu berkumpul mengelilingi meja panjang di sudut ruangan, di dekat Mama duduk sejak tadi. Ira tahu bahwa selalu akan ada sisa kue yang nanti dibawa pulang oleh Mama. Saat itu Ira mulai membayangkan kelezatan kue sisa itu. Tak lama kemudian terlihat Mama mendekati meja panjang itu, mengambil sepotong kue, membungkusnya dengan rapi lalu memasukkannya ke dalam tas. Ibu-ibu yang lain tampaknya tidak memperhatikannya.
Ira terharu melihat apa yang dilakukan oleh mamanya, “Ternyata kue yang selama ini kumakan bukanlah kue sisa. Kue itu adalah kue yang seharusnya dimakan oleh mama tapi mama lebih memilih untuk tidak memakannya dan membawa kue itu untukku” gumam Ira dalam hatinya.
Keesokan paginya, sambil memeluk Mama dari belakang, Ira berkata, “Terimakasih ya Ma untuk kuenya. Ira sayang banget sama Mama.”
Mamanya bingung melihat tingkah Ira. Ira tidak menceritakan apa ia perbuat semalam.
Sejak itu, Ira selalu menikmati kue di Kamis pagi dengan perasaan terharu dan bangga, tanpa ada lagi anggapan bahwa itu adalah kue sisa. Buat Ira kue itu adalah kue istimewa, ngga ada tandingannya karena di bumbui dengan rasa kasih yang besar seorang ibu pada anaknya.
Setiap orang tua pasti sangat mengasihi anak-anaknya. Mereka rela berkorban demi kebahagiaan anak-anaknya. Sebagai anak, kamu harus belajar untuk menghargai pengorbanan dan kasih sayang orang tua kepada kamu.

Tidak ada komentar: